PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DI ERA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alas an, seperti waktu persiapan mengajar terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya tidak tersedia, atau alasan lain. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan masing-masing diketahui oleh para pengajar. Media sebagai alat bantu mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi (Kemp. 1985).
            Karakteristik dan kemampuan masing-masing perlu mendapat perhatian dari pengajar sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.Sehubungan dengan hal tersebut melalui tulisan ini dipaparkan tentang pengertian dan peranan media dalampembelajaran, jenis dan karakteristik media, pemanfaatan media dalam pembelajaran, serta media dalam era teknologi informasi.
1.2       Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi dan informasi?
2. Bagaimana peran media dalam proses belajar mengajar?
3. Bagaimana jenis dan klasifikasi media yang baik untuk proses pembelajaran?

1.3       Tujuan
            1. Menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Etika  Profesi Keguruan
            2. Mengetahui peran guru dalam pengembangan media pembelajaran
            3. Mengetahui jenis, klasifikasi dan peran media pembelajaran





BAB II

PEMBAHASAN


2.1       Teori-Teori Yang Berkaitan dengan Sumber Belajar
            Pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut memengaruhi belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan  dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran adalah mencakup ssemua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya. Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Variabel metode pembelajaran adalah mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk dalam variabel ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sedangkan variabel hasil pembelajaran mencakup  semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
            Inti dari rencana pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada  pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran.  Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil dari perancang pembelajaran setelah mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil pembelajaran  yang diharapkan.
            Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran, yaitu :
1)                  Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi ;
2)                  Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran;
3)                  Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran.
            Berkenaan dengan menyusun rencana pembelajaran, Reigeluth dan Merrill dalam Reigeluth telah mengembangkan model pembelajaran secara komprehensif yang terdiri dari tiga variabel utama, yaitu (1) kondisi pembelajaran (instructional conditions), (2) metode pembelajaran (instructional methods), dan (3) hasil pembelajaran (instructional outcomes). Interelasi antara ketiga variabel tersebut dihasilkan dua teori pembelajaran, yaitu teori pembelajaran deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif, yang secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut.
 
Gambar 4. Interelasi Variabel Kondisi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, dan Hasil Pembelajaran. Sumber : Reigeluth, C. M. (1983). Instrucsional Design Theories and Model ; An overview of their current satatus. Hillsdale: Lawrence Erbaum Associates, hlm. 22.

            Pada teori pembelajaran deskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan metode pembelajaran merupakan variabel bebas, dan hasil  pembelajaran sebagai variabel terikat. Kedua variabel bebas berinteraksi untuk menghasilkan efek hasil pembelajaran. Sedangkan pada teori pembelajaran preskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran merupakan variabel bebas, dan metode pembelajaran sebagai variabel terikat. Kedua variabel bebas tersebut berinteraksi untuk menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Dengan bahsa yang lebih mudah dapat dikatakan  bahwa teori pembelajaran yang bersifat preskriptif membahas bagaimana mengelola faktor-faktor eksternal agar orang yang belajar dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan teori belajar deskriptif membahas bagaimana proses belajar. Terjadi pada diri orang yang belajar.
            Degeng memberikan contoh kedua teori pembelajaran tersebut. Pada teori pembelajaran deskriptif, apabila isi bidang studi (kondisi) diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi (metode), akan diperoleh hasil belajar yang meningkat.  Sedangkan pada teori pembelajaran preskriptif, agar diperoleh hasil belajar yang meningkat, maka isi bidang studi (kondisi) perlu diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi. Selanjutnya, Degeng mengungkapkan bahwa kondisi pembelajaran merupakan faktor yang memengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda pula. Hasil pembelajaran merupakan semua efek yang dapat digunakan sebagai indikator tentang nilai dari pengggunaan metode pembelajaran pada kondisi yang  berbeda. Selanjutnya, permasalahan yang berkaitan dengan masing-masing variabel pembelajaran dapat dijelaskan melalui diagram  taksonomi variabel pembelajaran Reigeluth dan Merrill, seperti berikut.

 


            
            
            Berdasarkan diagram tersebut, tampak bahwa pembelajaran memiliki variabel yang saling berhubungan. Variabel kondisi berhubungan dengan variabel strategi dan variabel hasil, demikian pula hubungan variabel lainnya yang dapat dibolak-balik. Hal ini memberikan gambaran bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Atau dengan kata lain, dalam merancang rencana pembelajaran perlu diperhitungkan sistem yang saling berpengaruh.
            Gagne dalam Suparman mengatakan bahwa system pembelajaran adalah suatu set peristiwa yang memengaruhi anak didik sehingga terjadi proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini harus terencana secara sistematis untuk dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Selain itu, dipaparkan juga mengenai kegiatan yang dilakukan anak didik tanpa perencanaan sebelumnya yang disebut dengan pengalaman, bukan disebut kegiatan pembelajaran. Sekalipun kegiatan-kegiatan itu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku anak didik, tetapi tanpa rencana yang bertujuan.
            Pengembangan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan suatu  sistem pembelajaran melalui tahapan berikut:
1)      Perumusan tujuan instruksional umum.
2)      Analisis tujan instruksional umum.
3)      Analisis kemampuan awal siswa.
4)      Menuliskan tujan instruksional khusus.
5)      Menegembangkan tes acuan patokan.
6)      Mengembangkan strategi pembelajaran.
7)      Mengembangkan bahan pembelajaran.
8)      Mendesain dan meleksanakan evaluasi formatif.
9)      Merevisi pembelajaran.
10)  Melaksanakan evaluasi sumatif.
            Visualisasi tahapan, dapat digambarkan sebagai berikut.





Gambar 5.            Model Dick and Carey



2.2       Pengertian Media
            Media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar membuat batasan tentang  media, di antaranya yang dikemukakan oleh Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik (Heinich, et al., 1996). Hal yang sama dikemukakan sebelumnya oleh Briggs (1970) yang menyatakan bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.
            Dari batasan yang telah disampaikan oleh para ahli mengenai media, dapat disimpulkan bahwa pengertian media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Media, selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi.

2.3       Jenis dan Klasifikasi Media
            Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis media, karakter, dan kemampuannya, dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan.
            Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerucut pengalaman, perhatikan gambar berikut.


Gambar 6. Kerucut Pengalaman Dale (Heinich, 1996)

            Kerucut pengalaman Dale, menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut mampu menyajikan pengalaman belajar secara lebih konkret. Semakin menuju ke puncak kerucut, penggunaan media semakin memberikan  pengalaman belajar yang bersifat abstrak.
            Penggolongan lain yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan  pada teknologi yang digunakan, mulai media yang teknologinya rendah ( low technology) sampai pada media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan demikian, penggolongan media dapat berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, dalam era tahun 1950 media televisi dikategorikan sebagai media berteknologi tinggi, tetapi kemudian pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser dengan kehadiran media komputer. Pada masa tersebut, komputer digolongkan sebagai media dengan teknologi yang tinggi  (Heinich, et. , 1996), tetapi kemudian pada tahun 1990 bergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan berlangsung selama ilmu dan teknologi terus berkembang.
            Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich dkk. (1996) sebagai berikut.

Table 1. Klasifikasi Media Pembelajaran
KLASIFIKASI
JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan  (non project media)
Realita, model, bahan grafis (graphical material), display
Media yang diproyeksikan  (project media)
OHT, Slide, Opaque
Media Audio (Audio)
Audio kaset, audio vision, active audio vision
Media Video (Video)
Video
Media berbasis computer ( computer based media)
Computer Assisted Instruction (CIA)
Computer Managed Instruction (CMI)
Multimedia Kit
Perangkat Praktikum

            Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya adalah penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu pakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan atau yang diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.

2.4       Peran Media
            Dalam proses pembelajaran media memiliki konstribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain :
1.      Penyajian materi ajar menjadi lebih standar;
2.      Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
3.      Kegiatan be;ajar dapat menjadi lebih interaktif;
4.      Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;
5.      Kualitas belajara dapat ditingkatkan;
6.      Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan;
7.      Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat/baik;
8.      Memberikan nilai positif bagi pengajar.
            Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp memberikan wawasan yang luas mengenai pemanfaatan media dalam pembelajaran. Selain Kemp (1985), Heinich et al. (1996) melihat kontribusi media dalam proses  pembelajaran secara lebih global ditinjau dari kondisi berlangsungnya proses pembelajaran, seperti berikut.
a.       Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar
Pada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran  umumnya bersifat sebagai pendukung bagi pengajar. Perancangan media yang tepat akan sangat membantu menguatkan materi pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar secara langsung.



b.   Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar
Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelajaran dapat disebabkan oleh tidak tersedianya pengajar atau pengajar sedang bekerja dengan peserta didik lain.
c.   Pendidikan jarak jauh
Pendidikan jarak jauh telah berkembang dengan cepat di seluruh dunia. Hal utama yang membedakan antara pendidikan jarak jauh pendidikan dengan tatap muka adalah adanya keterpisahan antara pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya keterpisahan ini membutuhkan suatu media yang berperan sebagai jembatan antar pengajar dengan paserta didik. Peranan media dalam pendidikan jarak jauh mampu mengatasi masalah jarak, ruang, dan waktu. Media yang paling umum digunakana dalam pendidikan jarak jauh adalah media cetak dengan menggunakan sistem korespondensi.
d.   Pendidikan khusus
Media memiliki peran yang penting dalam pendidikan bagi peserta didik yang memiliki keterbatasan kemampuan, misalnya mereka yang memiliki keterbelakangan mental, tuna netra, atau tuna rungu. Penggunaan media tertentu akan sangat membantu proses pembelajaran bagi mereka. Media yang digunakan adalah jenis-jenis media yang sesuai dan tepat bagi masing-masing keterbatasan.

2.5       Media yang Tidak Diproyeksikan
            Media ini sering di sebut sebagai media pameran atau displayed media. Jenis media yang tergolong media yang tidak diproyeksikan, yaitu :
1.      Realia
2.      Model
3.      Bahan grafis (graphic materials), dan
4.      Papan display

1.      Realia
      Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media realia tidak harus selalu di hadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai sesuatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Relia dapat di gunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan, kecuali di pindahkan dari kondisi lingkungan hidup aslinya. Ciri media realia adalah benda asli yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya (Brown, et al., 1985). Selain dalam bentuk aslinya, penggunaan realia dapat dimodifikasi. Menurut Heinich, et al., (1996) modifikasi penggunaan realia dalam proses pembelajaran dapat di lakukan dengan tiga cara, sebagai berikut:
a.       Cutaways/potongan
Cutaway adalah belahan atau potongan benda sebenarnya yang digunakan untuk dapat melihat bagian dalam dari benda tersebut. Misalnya realia sebuah mesin, dengan cara membelah mesin tersebut, peserta didik akan dapat melihat bagaimana cara kerja mesin tersebut.
b.      Specimen/contoh
Specimen adalah bentuk media realia yang diguanakan dalam bentuk asli dari sebuah benda dalam jenis atau kelompoknya, misalnya kupu-kupu dalam berbagai jenis, atau insect-insect lain. Untuk mempermudahkan pengamatan, pada umumnya specimen tersebut dikemas atau disimpan dalam botol, kotak, atau tempat lain yang dapat diobervasi.
c.       Exhibit/pameran
Realia dapat ditampilkan dalam bentuk pameran yang di rancang seolah berada dalam dalam lingkungan atau situasi yang asli. Misalnya benda sejarah, benda-benda tersebut di pamerkan dalam warna atau kondisi asli atau situasi bagaimana pemanfaatan benda tersebut pada kurun masa tertentu, media realia dapat diadakan atau di dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, media realia ini memberikan seuatu kontribusi yang sangat besar dalam proses belajar mengajar.


2.      Model
      Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang cukup efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Walaupun tidak semua benda nyata dapat di gunakan sebagai media realia karena keterbatasan penyediaannya, misalnya karena ukuran ataupun biayanya. Alternatif pemanfaatan media yang menyeruoai realia adalah model. Menurut Brown (1985), model didefenisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan. Heinich et al., (1996) menyebutkan hal yang senada, yaitu gambaran yang terbentuk tiga dimensi dari sebuah benda nyata. Pengunaan model sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan realia, seperti harga yang tinggi atau benda yang sulit untuk digunakan sebagai realia. Model dapat berukuran lebih besar, lebih kecil, atau berukuran sama persis dengan benda aslinya, serta dapat menampilkan wujud yang lengkap dan rinci dari benda aslinya, atau dapat ditampilkan dalam wujud yang disederhanakan untuk mempermudah proses kegiatan pembelajaran. Sebagai salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, model memiliki keunggulan yang tentunya sangat membanttu proses tersebut, walaupun terdapat pula keterbatasan tertentu.
                              


3.      Bahan grafis
      Media grafis yang juga digolongkan sebagai media visual nonproyeksi, mudah di gunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relatif murah. Umumnya media yang termasuk dalam golongan ini hanya membutuhkan biaya yang relative rendah atau bahkan tidak memerlukan biaya sama sekali. Brown et al., (1985) melihat setidaknya ada lima jenis media grafis yang memiliki keunggulan yang cukup tinggi dalam kegiatan pembelajaran , yaitu graft, chart, diagram, kartu, poster, peta, dan globe. Sementara Heinich, et al., (1996) menyebutkan beberapa jenis media grafis antara lain: gambar diam, sketsa, diagram, charts, graft, poster, dan kartun. Sebagian dari media grafis ini memerlukan kecermatan dan perhatian khusus, karena visualisasi dari sebagian media grafis bersifat simbolis, tidak menampilkan gambaran yang utuh. Hal ini kadangkala menimbulkan kesalahan dalam menginterpretasikan atau mengartikan  bentuk visualisasinya.
      Masing-masing jenis media grafis memiliki keunikan, keunggulan, dan keterbatasan tersendiri yang tentunya menarik untuk dibahas satu per satu, mulai dari gambar diam, sketsa, diagram, grafik, charts dan poster.



·  Gambar diam      
      Dari semua media grafis, gambar diam merupakan jenis yang paling banyak di gunakan, mudah di kenali, dan mudah dimengerti secara langsung dapat memerlukan interpretasi.
      Gambar didefinisikan sebagai representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan di atas kanvas, kertas, atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar, atau foto. Ukuran foto atau gambar dapat di perbesar atau diperkecil agar dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran tertentu. Pemanfaatan gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu pengajar dalam beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh Hackbarth (1996) sebagai berikut :
a.       Menarik perhatian, pada umumnya semua orang senang melihat foto/gambar.
b.      Menyediakan gambar nyata suatu objek yang karena suatu hal tidak mudah untuk diamati
c.       Unik
d.      Memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak
e.       Mampu mengilustrasikan suatu proses

·  Sketsa
      Sketsa meruapakan gambar yang tidak lengkap dan sederhana, atau dapat dikatakan sebagai gambar kasar yang hanya menampilkan bagian-bagian pokok/utama dan mengabaikan bagian-bagian yang bersifat detail. Sketsa ini biasanya digunakan apabila gambar yang lengkap dari objek yang ditampilkan tidak tersedia, atau memang bertujuan hanya ingin menampilkan bagian-bagian pokok dari suatu objek.

·  Diagram
      Visualisasi dalam bentuk grafis yang masih tergolong dalam gambar yang sederhana adalah diagram. Penggunaan diagram pada umumnya ditujukan untuk menggambarkan suatu hubungan atau menjelaskan suatu proses (Heinic et al., 1996). Diagram dapat memberikan gambaran mengenai cara kerja suatu benda atau bagaimana membuat, menyusun, atau membangun suatu benda.

·  Grafik
      Grafis didefinisikan sebagai bahan-bahan nonfotografis dengan format dua dimensi yang didesain khusus untuk mengomunikasikan pesan dan informasi tertentu. Umumnya data yang terbentuk data biasa ataupun tabel dapat disusun ke dalam bentuk grafik. Penampilan data dalam bentuk grafik umumnya akan menjadi lebih mudah di pahami dan lebih menarik. Penggunaan grafik dalam kegiatan mempelajaran memiliki berbagai pilihan dan variasi. Setidaknya grafik dapat ditampilkan dalam empat jenis yaitu, batang, gambar, lingkaran, dan garis. Keempat jenis grafik ini memiliki penampilan serta tingkat keterbacaan yang berbeda. Grafik biasanya dilengkapi dengan tulisan yang menjelaskan symbol-simbol yang terdapat di dalamnya. Pemilihan jenis grafik yang akan digunakan biasanya tergantung pada kompleksitas dari informasi atau data yang ingin di sampaikan, selain itu juga tergantung pada kemampuan atau keterampilan peserta didik dalam menginterpretasikan grafik (Heinich et al., 1996).
      Grafik batang umumnya digunakan untuk membandingkan objek yang sejenis yang diukur dalam waktu yang berbeda atau membandingkan objek yang berbeda dalam waktu yang sama.
     Grafik gambar merupakan jenis grafik yang paling sederhana dan merupakan bentuk alternatif dari grafik batang, di mana jumlah atau angka-angka yang ingin disampaikan ditampilkan dalam bentuk gambar. Grafik gambar ini biasanya menarik bagi semua tingkatan usia. Untuk dapat menggunakan grafik gambar sebagai media dalam proses pembelajaran, perlu diperhatikan symbol gambar yang sederhana serta mudah dipahami. Misalnya, gambar orang dapat digunakan sebagai symbol untuk menjelaskan jumlah penduduk, atau gambar toga digunakan untuk menyimbolkan jumlah peserta didik yang lulus.
     Grafik lingkaran juga dikenal dengan sebutan grafik pie merupakan grafik yang sangat mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Lingkaran yang digunakan untuk menggambarkan grafik ini dibagi dalam beberapa porsi atau segmen. Tiap segmen menggambarkan bagian atau persentase dari keseluruhan. Gabungan dari segmen-segmen dalam lingkaran tersebut bernilai 100%. Pemberian warna dapat digunakan untuk menonjolkan dan membedakan segmen satu dengan segmen lain.
     Jika dibandingkan dengan ketiga jenis grafik lain, grafik garis  merupakan grafik yang paling akurat dan paling kompleks. Grafik ini adalah grafik yang termasuk dalam jenis grafik dua skala yang menggunakan absis vertical dan horizontal. Poin-poin yang tergambar dihubungkan satu dengan yang lain sehingga terlihat sebagai sebuah garis. Garsi tersebut dapat terlihat lurus atau turun naik, hal ini ditentukan oleh nilai yang terdapat pada skala vertical dan skala horizontal.

·  Chart/bagan
      Chart atau bagan adalah salah satu jenis dari media grafik yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau materi yang cukup sulit jika disampaikan secara lisan maupun tulisan. Chart atau bagan mampu menvisualisasikan sebuah hubungan yang bersifat abstrak, seperti kronologis suatu kejadian atau struktur organisasi. Dengan kemampuan tersebut, chart merupakan cara untuk menvisualisasikan informasi atau materi yang rumit dengan cara yang sederhana dan singkat. Untuk merancang sebuah chart yang efektif dapat dimanfaatkan berbagai macam jenis grafis seperti gambar, sketsa, grafik, diagram, atau bahkan bentuk verbal.
Pemanfaatan Bahan Grafis
1.      Seleksi gambar atau visual lain berdasarkan tujuan instruksional untuk mempengaruhi emosi atau sikap penggunaan foto akan dapat membantu.
2.      Untuk tujuan instruksional yang bersifat pendefinisian suatu konsep, penggunaan ilustrasi kurang tepat.
3.      Seleksi gambar atau visual lain juga harus berdasarkan penggunaan gambar tersebut. Jika waktu yang digunakan untuk menginterpretasikan suatu yang lebih rinci. Namun apabila waktunya terbatas maka sebaliknya memilih gambar atau visual yang sederhana dan mudah dimengerti, seperti sederhana chart, atau gambar tangan biasa.
4.      Kriteria lain yang perlu diperhatikan adalah estetika penampilan dan kualitas produksi. Misalnya untuk pemilihan foto, perlu diperhatikan prespektifnya, pencahayan, focus, exposure, dan komposisi.
5.      Untuk pembuatan segala jenis media grafis, sajikan satu ide/pokok oikiran dalam satu gambar, usahakan sederhana dengan penggunaan kata-kata minimal.



4.      Papan Display
Berbagai media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, poster, chart, realia, atau lainnya yang akan digunakan dalam proses pembelajaran kadangkala membutuhkan tempat untuk mendisplay atau memajang. Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk mendisplay atau memajang media yang tidak diproyeksikan, yaitu papan tulis (blackbroads), whiteboards, copyboads dan bulletin boards. Keempat jenis media display ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

2.6       Media Yang Diproyeksikan
            Media yang tergolong sebuah media yang diproyeksikan antara lain Overhead transparancy (OHT), slide, filmstrips, dan opaque. Media tersebut diproyeksikan ke layar dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan proyektor (overhead projector, slide projector, dan opaque projector). Namun, dengan perkembangan teknologi telah memungkinkan komputer dan video dapat diproyeksikan dengan menggunakan perlatan khusus, yaitu LCD.
1. OHT
        OHT merupakan media yang paling sering digunakan. Tidak hanya karena popular, tetapi juga relative lebih mudah mempersiapkan materi ataupun pengoperasiannya. Selain dibutuhkan bahan transparasi, dibutuhkan juga alat tulis khusus/pena.
        Untuk mendapatkan hasil yang baik, alat tulis yang digunakan sebaiknya khusus untuk overhead transparency. Alat tulis yang dikhususkan unttuk transparansi pun dibedakan dalam dua jenis, yaitu yang bersifat permanen dan yang dapat dihapus. Pena khusu transparansi yang dapat dihapus biasanya digunakan untuk pemberian tanda-tanda tertentu untuk stressing pada transparansi yang telah ditulis secara permanen. Selain itu, pena transparan yang tidak permanen juga digunakan untuk menulis materi presentasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pemanfaatan OHT dalam pembelajaran                           
            Untuk dapat memanfaatkan media OHT dalam proses pembelajaran dengan hasil optimal, perlu diperhatikan beberapa hal (Teague, dkk., 1994).
a.  Pengajar sebaiknya mematikan overhead projector apabila tidak sedang  digunakan untuk presentasi. Dalam penggunaan OHT kerap kali seorang pengajar mmengabaikan keberadaan tombol power untuk  menghidupkan dan mematikan overhead projector. Seorang pengajar kerap kali membiarkan overhead projector tetap menyala   sepanjang presentasi yang dilakukan, bahkan tanda bahan yang diproyeksikan. Hal ini selain mengganggu peserta didik dengan cahaya yang menyilaukan, juga mempercepat masa hidup (life time) dari lampu proyektor.
b.  Pada saat penggantian transparansi yang akan dipresentasikan sebaiknya overhead projector dalam posisi mati (power off). Menyalakan kembali proyektor pada saat transparansi yang akan dipresentasikan siap di atas proyektor memberikan semacam kejutan yang akan menarik perhatian dan membuat peserta didik kembali memfokuskan perhatiannya kepada materi baru yang sedang dipresentasikan.
c.  Untuk mendapatkan perhatian yang berkesinambungan dari peserta didik, sebaiknya pengajar menggunakan berbagai jenis penyajian transparansi, seperti transparansi tunggal, overlay, dan mask, disesuaikan dengan materi yang dipresentasikan.
2. Slide
        Slide tergolong  dalam media visual yang penggunaannya diproyeksikan ke layar. Media slide  dapat menampilkan gambar yang sangat realistis. Hal ini disebabkan bahan dasar media slide  merupakan film fotografis berbentuk transparan yang sangat tepat untuk digunakan sebagai suplemen belajar pada bidang studi eksakta, seperti jurusan MIPA (biologi, kimia dan fisika), arsitektur, kedokteran, dan juga pada bidang studi social. Pada bidang studi biologi, slide dipergunakan untuk memperlihatkan berbagai  objek yang akan membuat pengajaran lebih menarik dan hidup. Demikian pula pada bidang studi kimia, slide dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang perubahan warna yang terjadi pada proses persenyawaan, dan topik-topik lain yang memerlukan penjelasan melalui visual. Bidang-bidang ilmu sosial, seperti karakteristik materi yang perlu divisualisasikan akan sangat terbantu dengan penggunaan media slide. Keunggulan media slide untuk memproyeksikan gambar yang kecil menjadi ukuran yang lebih besar sangat membantu pemahaman peserta didik tentang detail suatu objek.
        Penggunaan slide dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan ataupun tanpa suara. Slide tanpa suara pada umumnya digunakan apabila gambar yang satu dengan gambar yang lain dapat berdiri sendiri, sementara penjelasannya diberikan langsung oleh pengajar. Lain halnya dengan slide suara, penyajian dilakukan dengan urutan tertentu yang disinkronisasi dengan unsure suara. Walaupun slide suara dapat digunakan untuk proses pembelajaran dalam ruang kelas secara berkelompok, namun biasabya slide suara digunakan untuk keperluan pembelajaran secara individual.
3. Media Audio
        Media audio merupakan media yang sangat fleksibel, relatif murah, praktis dan ringkas, serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat digunakan, baik untuk keperluan belajar berkelompok (group learning) maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang dimilikinya, media audio sangat efektif digunakan dalam beberapa bidang studi, seperti bahasa, drama, dan seni musik. Penggunaan media audio untuk pelajaran bahasa umumnya difokuskan pada dua pokok bahasan utama, yaitu pengucapan ( pronounciation) dan structure drill (Hackbarth, 1996). Untuk mempelajari pronounciation, peserta didik dapat mendengarkan kata atau frase, mengulang pengucapan, dan dapat membandingkan pengucapan yang dilakukan dengan pengucapan yang terdengar melalui kaset. Peserta didik dapat mengulang pengucapannya sehingga sama hampir menyamai pengucapan yang terdapat pada rekaman audio.  Penggunaan rekaman audio pada bidang studi bahasa untuk keahlian tertentu dangat berguna karena mampu memperlihatkan penggunaan tata bahasa yang agak anaeh, karena transisi yang hilang serta kesalahan lain dari segi gramatikal. Untuk kelas seni music, media audio selain dapat digunakan oleh pengajar dalam ruangan kelas, untuk memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan bidang musik, dapat pula digunakan oleh peserta didik untuk merekam hasil karyanya dan mendengarkan kembali penampilannya. Pemanfaatan lain dari mesda ini adalah pada bidang studi komunikasi dan jurnalistik. Pengajar pada kedua bidang studi tersebut dapat menggunakan media audio untuk memberikan contoh mengenai bagaimana memberikan reportase atau pidato yang baik dan materi-materi lain yang sesuai dan tepat untuk direkam dan dipresentasikan melalui kaset audio.
        Menurut Rowntree, (1994), format penyajian audio kaset secara garis besar dibedakan dalam tiga bentuk penyajian, yaitu :
·      Hanya mendengar;
·      Mendengar dan melihat;
·      Mendengar, melihat, dan melakukan.
        Penyajian audio kaset dengan bentuk hanya mendengar biasanya berdiri sendiri. Bentuk penyajian audio kaset lain yang dapat dikembangkan adalah bentuk penyajian dimana peserta didik tidak hanya mendengar suara, tetapi juga melihat. Oleh Rowntree (1994) bentuk sajian ini dikenal dengan istilah audio – vision. Media audio kaset memang merupakan media yang tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat secara bersamaan. Apa yang di dengar dan dilihat berkaitan satu dengan yang lain dan saling menguatkan atau lebih dikenal dengan sebutan terintegrasi. Visual atau sesuatu yang dilihat dalam paket ini dapat berbentuk bahan cetakan, misalnya gambar, grafis, peta, photo, chart, diagram, tabel, dan sebagainya yang tentunya sesuai dan berkaitan dengan apa yang di suarakan. Selain itu , dapat pula berbentuk bahan visual non cetak, seperti slide atau bahkan benda nyata yang perlu mereka pelajari, misalnya potongan batu-batuan, dan sebagainya. Penyajian seperti ini akan sangat membantu karena selain mendapat informasi dari pendengaran, peserta didik dapat pula menggunakan penglihatan mereka yang dapat memperkuat informasi yang mereka dengar. Bentuk penyajian seperti ini tentu memerlukan persiapan dan rancangan yang lebih matang di bandingkan dengan bentuk audio kaset yang hanya di dengar.
        Bentuk penyajian audio kaset yang mengombinasikan kemampuan mendengar, melihat, dan melakukan sesuatu oleh Rowntree (1994) disebut dengan istilah active audiovision. Bentuk penyajian ini merupakan modifikasi dari audiovision yang menambahkan factor aktif dari peserta didik untuk melakukan sesuatu. Media audio kaset sebagai media satu arah yang tidak mempunyai kemampuan interaksi ternyata dapat memberikan proses interaksi walaupun dalam tingkat tertentu melalui penyajian active audiovision.
        Rekaman audio dapat dilakukan dalam bentuk format audio kaset dan audio compact disk (audio CD). Untuk materi-materi tertentu, rekaman video siap pakai yang dikemas dalam format audio kaset maupun CD dapat ditemukan dipasaran. Walaupun demikian, jika materi dirasakan kurang tepat maka seorang pengajar dapat merancang dan membuat program audio sendiri.

4. Media Video  
        Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran di ruang kelas sudah merupakan hal yang biasa. Sebagai media audiovisual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang study. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik untuk melanglang buana kemana saja walaupun dibataasi dengan ruang kelas. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya, atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh peserta didik karena lokasinya di belahan bumi lain, dapat dihadirkan melalui media video.
        Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterlampilan motorik dapat mengandalkan kemampuan video. Melatih kemampuan kegiatan dengan prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan media video. Dengan kemampuan untuk menyajikan gerakan lambat (slow motion), media video membantu pengajar untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dngan lebih rinci. Keterampilan yang dapat dilatihkan melalui media video tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga keterlampilan interpersonal, sperti keterlampilan dalam psikologi dan hubungan masyarakat. Disamping itu, keterampilan manajerial juga dapat dilatihkan melalui pemanfaatan media video. Pengajar dapat memilih program-program video yang sesuai dengan materi yang di ajarkan, kemudian menyaksikan bersama-sama diruang kelas, selanjutnya membahas serta mendiskusikannya. Selain digunakan untuk melihat program-program yang telah siap pakai, media video juga dapat dimanfaatkan untuk merekam aktifitas peserta didik yang tengah berlatih menguasai keterlampilan interpersonal, kemudian hasil rekaman tersebut di bahas dan di analisis oleh sesame rekan peserta didik dan pengajar.
        Kemampuan video untuk mngabadikan kejadian-kejadian faktual dalam bentuk program dokumenter bermnfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan fakta, kemudian membhas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikan nya di ruang kelas.
Format Video
        Dengan kemajuan tekhnologi yang pesat, format video untuk merekam gambar, gerakan, dan suara tidak hanya dalam bentuk kaset, tetapi juga dalam bentuk lain, seperti laser video disc dan compact disc. Walaupun format kaset memiliki beragam jenis format, pemanfaatan video dalam ruang kelas umumnya di gunakan kaset VHS yang memiliki kualitas yang cukup memadai untuk digunakan sebagai alat bantu pengajaran.
5. Media Berbasis Komputer
        Komputer dewasa ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka yang bergerak dalam bidang bisnis atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut Hannafin dan peck (1998), potensi media computer yang dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan efektivitas proses pembelajaran antara lain sebagai berikut :
·         Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pelajaran.
·         Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik.
·         Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkatkan minta belajar (multimedia).
·         Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera
·         Mampu menciptakan proses belajar secara kesinambungan.
        Heinich, et al., (1996) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran, berupa :
·         Praktik dan latihan (drill and practice)
·         Tutorial
·         Permainan (games)
·         Simulasi (simulation)
·         Penemuan (discovery)
·         Pemecahan masalah (problem solving)
        Program yang berbentuk drill and practice umumnya digunakan apabila peserta didik diasumsikan telah mempelajari konsep, prinsip, dan prosedur sebagai materi pembelajaran. Tujuan dari bentuk program ini adalah melatih kecakapan dan keterampilan dan biasannya menyajikan sejumlah soal atau kasus yang memerlukan respon peserta didik dengan disertai umpa balik, baik yang bersifat positif mupun negative. Selain memberikan umpan balik, program ini umumnya menyajikan penggukuhan terhadap jawaban yang tepat. 
        Bentuk lain dari penyajian program computer adalah program tutorial. Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topic-topik tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus. Keunggulan lain dari program tutorial adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi dalam bentuk bercabang (branches). Bentuk ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan ajar yang lebih disukai terlebih dahulu.
        Permainan (games) selalu menarik untuk diikuti, demikian pula halnya dengan program computer yang mengemas informasi dalam bentuk permainan. Program yang berisi permainan dapat memberi motivasi bagi siswa untuk mempelajari informasi yang ada di dalamnya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan esensi bentuk permainan yang selalu menampilkan masalah menantang yang perlu di cari solusinya oleh pemakai.
        Program simulasi berupaya melibatkan siswa dalam persoalan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya, namun tanpa resiko yang nyata. Memulai program simulasi, peserta didik diajak untuk membuat keputusan yang tepat dari beberapa alternative solusi yang ada. Setiap keputusan yang diambil akan memberikan dampak tertentu.
        Dalam program bentuk penemuan (discovery), program computer mampu menayangkan masalah yang harus dipecahkna oleh peserta didik dengan cara trial and error. Peserta didik harus terus mencoba sampai berhasil menemukan solusi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Dengan cara ini mereka diharapkan dapat lebih memahami prosedur yang ditempuh untuk memecahkan suatu masalah dan mampu mengingatnya lebih lama.
        Bentuk lain dari tayangan computer interaktif adalah problem solving (pemecahan masalah). Program ini dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan cara yang ditempuh siswa dalam memberikan respons. Pada cara yang pertama, siswa merumuskan sendiri solusi masalah yang ditampilkan lewat computer dan memasukan program kedalamnya. Sedangkan pada cara yang kedua, computer meyediakan jawaban yang mewakili respons siswa terhadap masalah yang ditayangkan oleh computer.
Internet dan E-mail
        Dengan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, pemanfaatan computer dalam proses pembelajaran tidak hanya dapat digunakan secara stand alone, tetapi dapat pula dimanfaatkan dalam ssuatu jaringan. Jaringan computer (computer network) telah memungkinkan proses belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif, dan  lebih fleksibel. Peserta didik dapat melakukan proses belajar tanpa di batasi oleh ruang dan waktu. Artinya, jika ada fasilitas jaringan, peserta didik dapat melakukan proses belajar dimana saja dan kapan saja.
        Kelebihan lain dari jaringan computer sebagai media pendidikan adalah adanya kemungkinan bagi peserta didik untuk melakukan interaksi dengan sesama peserta didik, dan dengan pengajar di luar ruang kelas. Kemampuan interaktif ini mampu membuat proses belajar menjadi lebih efektif yang memberi kemungkinan kepada pengajar untuk memberikan umpan balik terhadap proses belajar dan hasil belajar peserta didik. Jaringan komputer yang paling umum di gunakan dalah internet. Saat ini teknologi internet telah memungkinkan setiap orang memperoleh akses yang lebih besar terhadap beragam informasi yang tersedia. Tekhnologi ini telah di manfaatkan secara luas mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai jenjang yang lebih tinggi.
        Pemanfaatan computer tersebut dapat di gunakan secara bervariasi, pengajaran dapat di lakukan secara penuh melalui computer, namun dapat pula di kombinasikan dengan tatap muka yang telah menjadi bagian dari proses pembelajaran. Untuk langkah awal, kombinasi antaara pemanfaatan computer dengan tatap muka lebih fleksibel. Tugas-tugas dapat diberikan oleh pengajar dan di kerjakan oleh peserta didik melalui computer, hal ini membuka kemungkinan bagi pengajar untuk memberikan penilaian yang terbuka dan juga memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk memberika masukan.  
6. Multimedia Kit
        Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media yang di gunakan untuk menjelaskan suatu topic/materi tertentu, yang di lengkapi dengan study guide, lembar kerja, dan modul. Multimedia kit biasanya di gunakan dalam mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi yang siap di gunakan oleh pengajar dalam menyajikan pelajarannya. Multimedia kit dapat juga di gunakan langsung oleh peserta didik, baik secara berkelompok ataupun individual dalam melakukan eksperimen mengenai prinsip dan mekanisme kerja suatu benda.
        siap pakai, tetapi pengajar dapat pula mempersiapkan paket multimedia kit yang sesuai dengan dana yang tersedia dan tujuan instruksional yang ingin di capai.
        Penggunaan multimedia kit yang beredar di pasaran maupun di rancang sendiri oleh pengajar perlu memerhatikan tujuan utama dari penggunaannya, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara langsung, mengamati, untuk melakukan eksperimen, meningkatkan rasa ingin tahu, dan memberikan suatu keputusan terhadap apa yang telah di uji cobakan.



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
      Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
      Di zaman teknologi dan informasi, media sangat membantu pengajar atau guru dalam kegiatan belajar mengajar seperti menjaga minat siswa, membantu memelihara kefokusan siswa, memudahkan dalam pemahaman sesuatu yang abstrak, dll. Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang rumit.
      Selain itu media juga terdiri  dari berbagai jenis, yaitu model, bahan grafis, OHT, audio kaset, video, Computer Assisted Instruction, perangkat praktikum. (Heinich, dkk. 1996)      

3.2 Kritik dan Saran
      Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Peran Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi “, kami dari kelompok 5 (lima)  menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami harap kritik dan saran yang membangun dari Dosen Mata Kuliah  dan saudara-saudari khususnya kelas A3 semester II Program studi Matematika.

DAFTAR PUSTAKA


Uno Hamzah.2007.Profesi Kependidikan.Jakarta:Bumi Aksara

Komentar

  1. Kk mau nanya., media oht iti seperti apa?. Bisa dijelaskan lagi nggak kk dan contohnya seperti apa kk?.makasih kk..

    BalasHapus
  2. media OHT itu media transparansi
    contohnya guru menjelaskan sesuatu yang mudah dinalar oleh siswa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah pedesaan

Karena ku bukan jodohmu